Senin, 01 Juli 2013
Dua Hal Yang Memantik Musibah
Do you like this story?
Khotbah Habib Umar bin Hafidz
Segala madah bagi
Allah SWT, penghimpun manusia di hari kiamat yang telah dipastikan. Aku
bersaksi tiada tuhan selain Allah SWT, satu-satunya, yang tiada sekutu
bagi-Nya. Dialah yang bakal meletakkan seluruh manusia di hadapan-Nya, guna
diberi pahala atau siksa. Ketika itu, beruntunglah manusia-manusia beriman yang
pandai memanfaatkan waktu hidupnya dengan menghadiri majelis kebajikan,
ketaatan dan zikir, dan menyesallah mereka yang telah menghabiskan umurnya
untuk berbuat maksiat. Aku bersaksi bahwa sang panutan, Nabi Muhammad SAW
adalah rasul yang diutus oleh-Nya untuk menabur hidayah di muka bumi. Ya Allah
limpahkanlah salawat dan salam kepada Baginda Muhammad SAW, beserta keluarga,
sahabat dan orang-orang yang patuh kepada beliau hingga hari akhir nanti.
Wahai hamba Allah,
Dalam majelis ini, aku berwasiat kepada kalian samua, sekaligus kepada diri sendiri agar senantiasa bertakwa kepada Allah SWT. Ketahuilah, barangsiapa bertakwa kepada Allah SWT, ia akan hidup penuh kekuatan dan berjalan di bumi-Nya dengan rasa aman dan tentram
Dalam majelis ini, aku berwasiat kepada kalian samua, sekaligus kepada diri sendiri agar senantiasa bertakwa kepada Allah SWT. Ketahuilah, barangsiapa bertakwa kepada Allah SWT, ia akan hidup penuh kekuatan dan berjalan di bumi-Nya dengan rasa aman dan tentram
Wahai hamba Allah,
Ada dua perkara yang menyebabkan umat Rasulullah SAW ini kerap kali dilanda musibah dan bencana, dan sayang sekali, mereka tidak menyadari, atau bahkan tidak mempedulikanya sama sekali, sekalipun beliau SAW dan para ulama telah sering mengingatkan.
Ada dua perkara yang menyebabkan umat Rasulullah SAW ini kerap kali dilanda musibah dan bencana, dan sayang sekali, mereka tidak menyadari, atau bahkan tidak mempedulikanya sama sekali, sekalipun beliau SAW dan para ulama telah sering mengingatkan.
Dua perkara itu
adalah, pertama, tiadanya penghargaan akan waktu, kesempatan dan umur yang
telah dianugerahkan Allah Subhanahu Wata’ala. Sekarang ini, umumnya umat telah
menyia-nyiakan waktu dan membuangnya untuk hal-hal yang kosong. Sebagian lagi
menghabiskan waktu dalam perbuatan makruh, dan, bahkan kemaksiatan. Perbuatan
ini setianya memancing amarah Allah SWT. Namun mereka abai serta tak
mengindahkan. Maka tidaklah mengherankan apabila bencana demi bencana mulai merebak
di negeri muslimin.
Kedua, pergaulan dan
persaudaraan yang tidak lagi dilandasi itikad baik. Ketika umur dan waktu
terbengkalai, ketika perkawanan tidak lagi dilandasi niat baik, maka kerusakan
merajalela, fitnah dan cobaan bakal mendera umat, tak peduli di desa maupun di
kota. Baginda Nabi SAW, dalam sabda-sabdanya, telah banyak mengingatkan umat
agar memanfaatkan waktu dengan maksimal dan mendasari pergaulannya dengan niat
soleh. Semua itu demi kebaikan umat sendiri. Akan tetapi sayang, orang-orang sudah
tutup telinga dan mata. Mereka tak lagi berminat mendengarkan seruan beliau
SAW.
Sadarlah wahai
muslimin. Waktu adalah esensi kehidupanmu. Umur adalah peluang yang diberikan
kepadamu. Berharga atau tidaknya hidupmu bergantung pada bagaimana kau memanfaatkan
usiamu itu.
Rasulullah SAW
bersabda, Di hari pembalasan nanti, dua telapak kaki seorang hamba akan
tertahan dijembatan sirat. Takkan beranjak sampai ia ditanya mengenai empat
hal. untuk apakah seluruh umur hidupnya? Dikemanakan usia mudanya? Dari mana ia
mendapatkan harta dan digunakan untuk apakah harta itu? Sudahkah ilmunya
diamalkan?
Wahai hamba Allah
Kita wajib kembali ke jalur yang telah digariskan Rasulullah SAW. Beliau adalah insan yang selalu berkata jujur. Beliau adalah sang petunjuk, penyeru kebenaran, suluh umat, dan pemberi kabar-kabar dari Ilahi. Beliau sangat cinta kepada umatnya. Kasih beliau kepada kita lebih besar dari kasih orang tua kita sendiri kepada kita. Allah SWT berfirman,
Kita wajib kembali ke jalur yang telah digariskan Rasulullah SAW. Beliau adalah insan yang selalu berkata jujur. Beliau adalah sang petunjuk, penyeru kebenaran, suluh umat, dan pemberi kabar-kabar dari Ilahi. Beliau sangat cinta kepada umatnya. Kasih beliau kepada kita lebih besar dari kasih orang tua kita sendiri kepada kita. Allah SWT berfirman,
“Nabi itu
(hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri”
Kembali ke dua hal
di atas. Beliau SAW pernah mengabarkan, “Di dalam surga, para penghuninya masih
merasakan suatu kerugian besar, yakni mengenai waktu yang telah berlalu—di
kehidupan dunia—yang tidak mereka gunakan untuk berzikir kepada Allah SWT.”
Beliau juga
mewanti-wanti, “Ketika suatu kaum duduk bersama-sama, akan tetapi tidak
mengingat Allah SWT sama sekali, maka mereka bakal merasakan penyesalan di hari
kiamat nanti.”
Pergunakanlah waktu
dengan aktifitas yang baik. Ikatlah persaudaraan dengan asas yang bagus serta
tujuan yang penuh manfaat. “Ketika seseorang menjalin kawan, meskipun sejenak
di siang hari, kelak ia akan ditanya mengenai perkawanan itu: telahkan ia
melaksanakan hak-hak Allah SWT atau mengalpakannya?” begitulah yang dinarasikan
Rasulullah SAW.
Wahai hamba Allah
Kita sudah sering membuang-buang waktu. Di antara kita bahkan ada yang lebih banyak mengisi waktu untuk maksiat. Marilah kita renung-kan bersama. Ke manakah malam-malam kita? Untuk apakah umur-umur kita? Apa yang kita kerjakan antara Maghrib dan Isyak? Bagaimana kabar majelis muslimin, pasar-pasar dan warung-warung? Tempat-tempat itu telah menjadi ajang melupakan Allah SWT dan Rasul-Nya.
Kita sudah sering membuang-buang waktu. Di antara kita bahkan ada yang lebih banyak mengisi waktu untuk maksiat. Marilah kita renung-kan bersama. Ke manakah malam-malam kita? Untuk apakah umur-umur kita? Apa yang kita kerjakan antara Maghrib dan Isyak? Bagaimana kabar majelis muslimin, pasar-pasar dan warung-warung? Tempat-tempat itu telah menjadi ajang melupakan Allah SWT dan Rasul-Nya.
Ingatlah, bagaimana
Baginda Rasul senantiasa zikir kepada Allah di setiap waktunya. Dulu, kaum
muslimin tak pernah lalai untuk berzikir, di mana saja, siang dan malam. Akan
tetapi kini, umat Islam, baik yang muda maupun yang tua, sudah menganggap remeh
zikir. Mereka malas mengingat Allah dan lebih suka membicarakan yang lain.
Ketika di dalam masjid sekalipun, mereka menganggap membaca Al-Quran tidak
lebih asyik daripada bicara omong kosong. Hingga kita kerap menyaksikan mereka
bicara tak tentu arah di dalam rumah Allah. Bahkan tak segan mereka meletakkan
Al-Quran yang tengah dibaca hanya demi bisa mengobrol bersama rekan-rekan
mereka. Sungguh, Betapa genting keadaan muslimin.
Tak hanya itu, umat
Islam sekarang cenderung menjauhi majelis taklim. Ketika majelis pengajian
diadakan di suatu desa, pesertanya selalu tak banyak. Orang-orang enggan datang
dan lebih memilih kumpulan-kumpulan yang kurang baik. Mereka adalah manusia
yang rugi. Mereka bakal menyesal. Keberadaan mereka sudah dinubuatkan
Rasulullah SAW, “Manusia yang paling besar penyesalannya di akhirat kelak
adalah mereka yang punya kesempatan untuk mengaji akan tetapi mereka sia-siakan
kesempatan itu.”
Masa keemasan telah
berlalu, yakni masa sahabat, tabiin, dan tabiin-tabiin. Masa ketika zikir, baca
Al-Quran dan hadis menjadi kebiasaan, baik ketika makan, minum, tidur, dan
segala rutinitas.
Wahai hamba Allah,
Ketahuilah, suatu majelis yang dilandasi niatan baik dan tujuan yang mulia, yakni ridha Allah dan Rasulullah, akan membuahkan kebajikan-kebajikan. Di antaranya menangguhkan musibah, meredam permusuhan, dan mencegah perbuatan munkar, Semua itu lantaran sikap saling membantu di antara anggota. Dan mereka semua pasti memperoleh pahala-pahala dan anugerah yang tak kecil nilainya dari Allah SWT. Sebab itulah Allah SWT dan Rasul-Nya memberikan perhatian yang agung kepada majelis zikir dan majelis tak-lim.
Ketahuilah, suatu majelis yang dilandasi niatan baik dan tujuan yang mulia, yakni ridha Allah dan Rasulullah, akan membuahkan kebajikan-kebajikan. Di antaranya menangguhkan musibah, meredam permusuhan, dan mencegah perbuatan munkar, Semua itu lantaran sikap saling membantu di antara anggota. Dan mereka semua pasti memperoleh pahala-pahala dan anugerah yang tak kecil nilainya dari Allah SWT. Sebab itulah Allah SWT dan Rasul-Nya memberikan perhatian yang agung kepada majelis zikir dan majelis tak-lim.
Ya Allah, bimbinglah
kami kepada kebaikan. Tambahkanlah rahmat-Mu untuk kami. Siramkan
anugerah-anugerah-Mu kepada kami. Elokkanlah dhahir dan bathin kami, serta niat
dan tujuan kami. Sirnakan kesulitan dari kaum muslimin. Dengan kasih-Mu, wahai
Yang Maha Kasih Sayang.
This post was written by: Rahil Anouar
Rahil Anouar is a professional blogger, web designer and Linux user. Follow him on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Dua Hal Yang Memantik Musibah”
Posting Komentar